Skip to main content

Halal Bihalal Menangkal Paham Radikal

detiknews -

Jakarta Umat Islam seluruh dunia baru saja merayakan Hari Idulfitri 1438 H. Selain memiliki esensi teologi, Idulfitri di Indonesia juga sarat akan aplikasi kultural. Budaya Nusantara mengenal penyebutan "Lebaran".

Salamun (1954) menyatakan istilah Lebaran berasal dari tradisi Hindu. Artinya "selesai, usai, atau habis", yakni menandakan habisnya masa puasa. Ada pula yang meyakini kata Lebaran berasal dari bahasa Jawa yaitu kata "wis bar" yang berarti sudah selesai. Maknanya sama yaitu selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Ada pula yang memaknai dari evolusi kata "leburan", "luberan", dan "laburan". Kata "lebur" berarti habis dan melebur. Maksudnya, pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan.

"Luber" berarti meluber atau melimpah. Lebaran memiliki simbol ajaran bersedekah serta penyaluran zakat untuk kaum miskin. "Laburan" berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maknanya agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Masa Lebaran tidak ada ketentuan periodik yang pasti. Paling lama adalah hingga tanggal 7 Syawal. Di beberapa daerah selama sepekan itu disebut Lebaran, dan berujung pada "bakdo kupat" (lebaran ketupat). Sejak 1 Syawal, selama Lebaran hingga akhir Syawal merata seNusantara menyelenggarakan tradisi halal bihalal.

Asal tradisi halal bihalal sendiri juga tidak secara eksplisit disebutkan kapan, di mana, dan oleh siapa. Hanya beberapa sumber meyakini bahwa halal bihalal ada dan dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa (Djarir, 2014). Sedangkan penggagas istilah "halal bihalal" menurut Hasyim (2002) adalah KH. Wahab Chasbullah.

Halal bihalal secara umum dipahami sebagai momentum berkumpul untuk saling memaafkan dalam suasana Lebaran. Inti ajaran Islam yang dijalankan adalah silaturahmi dan saling memaafkan. Dasarnya antara lain firman Allah SWT, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orangorang yang bodoh" (QS. AlA'raf:199). Kemudian, Sabda Nabi SAW "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka sambunglah tali silaturrahmi" (HR. AlBukhari).

Halal bihalal dilaksanakan dalam berbagai forum, antara lain keluarga besar atau trah atau bani, ikatan sosial kemasyarakatan, jamaah masjid atau pengajian, kantor atau tempat kerja, reuni, dan lainnya. Sudah saatnya halal bihalal dikembangkan ke berbagai fungsi yang optimal. Hal ini guna turut menjawab persoalan keumatan, nasional, hingga global. Salah satu tantangan terkini adalah maraknya radikalisasi.

Pelaksanaan halal bihalal mempertemukan lintas etnis, profesi, ormas, mahzab, dan lainnya. Heterogenitas ini penting dikelola secara produktif guna memberdayakan keberagaman. Momentum acara halal bihalal dapat menjadi media transformasi dan filterisasi penyebaran paham radikal.

Filterisasi dapat dimulai dengan pengenalan dini anggota atau sanak saudara yang bersifat eksklusif dan enggan bersilaturahmi. Investigasi dini penting dilakukan, dan tetap tidak cepat melakukan justifikasi. Jika perlu, maka penting digali secara pribadi kepada yang bersangkutan melalui diskusi ringan kekeluargaan. Bibit radikalisme yang ditemukan bisa dengan cepat diantisipasi dengan memberikan nasihat, atau diajak debat ilmiah. Intinya mencegah penyebaran berbasis jalur keluarga dan sosial.

Setiap acara halal bihalal umumnya juga diisi dengan agenda tausiyah, baik dari sesepuh atau mengundang ustaz/kiai. Substansi tausiyah penting disisipi sosialisasi, transformasi, serta nasihat terkait upaya deradikalisasi. Pengisi tausiyah dapat memberikan dasardasar keagamaan yang berisi ajaran perdamaian dan anti radikalisme. Upaya deradikalisasi juga penting diberikan kepada peserta, seperti mulai dengan pendidikan keagamaan keluarga dan penguatan spiritualisme di lingkungan sosial.

Tradisi halal bihalal juga diharapkan mampu menyadarkan kepada penganut paham radikal. Yang bersangkutan akan menemui bahwa saudaranya beraneka ragam. Jika dia benci kepada profesi tertentu misalnya, maka dia akan urung melakukan tindak radikalisme karena saudaranya ada yang dari profesi tersebut. Demikian pula dengan target penganut agama lain. Sangat mungkin dalam lingkaran keluarganya ada yang berasal dari targetnya.

Hal yang perlu digarisbawahi bahwa deradikalisasi tidaklah dimaknai secara paranoid dan berlebihan. Sikap proporsional dan profesional sejak awal perlu ditanamkan. Dengan demikian tindakannya tidak akan serampangan dan tepat sasaran.

Comments

Popular posts from this blog

Pria yang Jatuh dari Lantai 5 Tunjungan Plaza 1 Diduga Bunuh Diri

detiknews - Surabaya - Seorang pria tewas setelah terjatuh dari lantai 5 Tunjungan Plaza (TP) 1 Surabaya. Pria yang identitasnya belum diketahui itu diduga bunuh diri. "Korban diduga bunuh diri," ujar Kapolsek Tegalsari Kompol David Triyo Prasojo kepada wartawan di lokasi, Kamis (19/10/2017). Bunuh diri menjadi dugaan karena tidak ada saksi mata yang mengetahui langsung pria tersebut meloncat dari lantai atas. Security TP, Budi Harianto, hanya mendengar suara benda jatuh yang ternyata adalah tubuh pria itu. Dari informasi yang dihimpun, indikasi bahwa kejadian tersebut merupakan bunuh diri adalah ditemukannya sepasang sandal di parkiran lantai 5 TP 1. Dari lokasi parkir itulah pria tersebut terjun bebas. Dan diduga sandal tersebut adalah sandal pria itu. Indikasi lainnya adalah telapak kaki pria itu berwarna putih saat ditemukan. Warna putih itu diduga adalah kapur atau cat kering. Diduga pria itu sempat memanjat tembok atau pagar di lantai atas TP 1 sebelum melakuk

Seorang Pria Jatuh dari Lantai 5 Tunjungan Plaza 1 Surabaya

detiknews - Surabaya - Seorang pria tewas setelah jatuh dari lantai 5 Tunjungan Plaza (TP) 1. Belum diketahui identitas pria tersebut. "Kami mendapat laporan peristiwa itu pukul 21.30 WIB," ujar Kapolsek Tegalsari Kompol David Triyo Prasojo kepada wartawan di lokasi, Kamis (19/10/2017). David mengatakan, pria tersebut terjun dari lokasi parkir yang ada di lantai 5 TP 1. Pria tersebut ditemukan dalam keadaan telentang oleh saksi yakni security TP, Budi Harianto. Budi juga yang pertama kali mendengar ada suara benda jatuh yang ternyata adalah pria itu. Tidak ada darah di tempat pria itu jatuh. Diduga pria tersebut jatuh dengan kaki terlebih dahulu menyentuh tanah. Indikasi itu terlihat dari tulang pinggul pria itu yang patah. Selain itu mata kaki kanan dan siku tangan kiri juga patah. "Kami tak menemukan identitas pada diri pria tersebut," tandas David. (iwd/bdh)

Pasangan Khofifah Diumumkan November Mendatang

detiknews - Surabaya - Calon pasangan bakal calon gubenur Jatim Khofifah Indar Parawansa akan diketahui pertengan Bulan November 2017. Sudah ada 8 nama yang salah satunya akan dipilih untuk mendampingi Khofifah. "Kita tidak boleh tergesa-gesa dan lambat. Kalau tergesa-gesa itu dari syaiton (setan) hasilnya. Tapi kalau lambat, juga tidak boleh.," jelas KH. Asep Syaifuddin Chalim kepada wartawan usai pertemuan kiai-kiai yang tergabung tim 17 di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Wonocolo, Surabaya, Kamis (19/10/2017) malam. Tim 17 malam yang diikuti KH. Sholahudin Wahid, KH. Asep Syaifuddin Chalim, KH. Hisyam Safaat, KH. Suyuti Toha, KH. Yusuf Nuris, KH. Afifudin Muhajir, KH. Mas Mansur, KH. Mutam Muchtar, KH. Yazid Karimullah, KH. Wahid Badrus, Choirul Anam, dan yang lainnya ini mengadakan pertemuan untuk menjaring 8 nama bakal calon Wakil Gubernur Jawa Timur untuk Khofifah. Kiai Asep merahasiakan nama delapan nama yang terdiri dari unsur birokrasi,