Skip to main content

Dukungan untuk Militan Rohingya Meningkat Pesat Sejak 2016

detiknews - Yangon - Kiprah militan Rohingya atau ARSA di Myanmar semakin meluas karena banyak didukung kalangan muda Rohingya. Kegagalan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi untuk membela minoritas muslim di Myanmar yang tertindas sejak lama, turut meningkatkan dukungan untuk ARSA.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (7/9/2017), informasi itu didasarkan pada wawancara Reuters dengan puluhan warga dan pemimpin komunitas Rohingya juga warga Rakhine lainnya, serta anggota militer Myanmar dan otoritas lokal di Rakhine.

Dituturkan salah satu pemimpin komunitas Rohingya yang hingga kini masih tinggal di negara bagian Rakhine, sementara semua warga Myanmar menikmati kebebasan baru di bawah pemerintahan sipil yang dipimpin Suu Kyi, minoritas muslim malah semakin terpinggirkan. Menurut pemimpin komunitas Rohingya ini, dukungan untuk militan ARSA semakin meningkat setelah operasi militer tahun lalu.

"Ketika pasukan keamanan datang ke desa kami, seluruh warga desa meminta maaf dan meminta mereka untuk tidak membakar rumah-rumah -- tapi mereka menembaki orang-orang yang memohon ke mereka," tuturnya.

"Orang-orang menderita karena anak laki-laki mereka dibunuh di depan mereka meskipun mereka memohon ampun, anak perempuan, saudara perempuan mereka diperkosa -- bagaimana mereka bisa hidup tanpa terus memikirkan hal itu, bahwa mereka ingin melawan, tak peduli apakah mereka mati atau tidak," imbuhnya.

Informasi ini belum bisa dikonfirmasi kebenarannya secara independen. Namun bulan lalu, laporan penyelidikan yang dipimpin mantan kepala intelijen militer Myanmar, Myint Swe, yang kini menjabat Wakil Presiden, membantah semua tudingan kejahatan kemanusiaan dan pembersihan etnis dalam konflik di Rakhine yang pecah Oktober 2016.

Warga desa dan otoritas kepolisian setempat menyebut militan Rohingya kini mulai membangun banyak sel di puluhan desa di Rakhine. Para militan Rohingya akan merekrut warga-warga desa setempat, terutama kaum muda.

"Orang-orang saling memahami perasaan satu sama lain, mereka saling mengobrol, mereka memberitahu teman atau kenalan mereka dari wilayah lain -- dan mereka meledak," tutur pemimpin komunitas Rohingya yang enggan disebut namanya.

Rohi Mullarah, tetua desa Kyee Hnoke Thee di Buthidaung, menuturkan pemimpin militan Rohingya mengirimkan pesan rutin via aplikasi chat seperti Whatsapp dan WeChat kepada pendukungnya, mendorong mereka untuk memperjuangkan kebebasan dan hak asasi mereka. Pesan-pesan itu memampukan militan Rohingya menggerakkan orang tanpa berisiko ketahuan atau ditangkap oleh militer Myanmar.

"Mereka utamanya mengirimkan pesan singkat kepada warga desa, mereka tidak menggerakkan orang dari satu tempat ke tempat lain," tutur Mullarah, sembari menegaskan warga di desanya memasang papan yang isinya menolak upaya rekrutmen dari militan mana saja.

Kebanyakan tetua Rohingya selama beberapa dekade menolak kekerasan dan memilih dialog dengan pemerintah Myanmar. Sedangkan militan Rohingya mulai meraup banyak dukungan, khususnya di kalangan muda. Para tetua Rohingya mengecam taktik kekerasan militan Rohingya ini.

Dalam wawancara dengan Reuters pada Maret lalu, Ata Ullah yang merupakan pemimpin kelompok militan Rohingya atau Tentara Keselamatan Arakan Rohingya (ARSA) mengaitkan pembentukan kelompoknya dengan terjadinya kekerasan komunal antara warga Buddha dengan warga muslim di Rakhine tahun 2012. Saat itu, nyaris 200 orang tewas dan 140 ribu orang lainnya yang kebanyakan warga Rohingya, terpaksa mengungsi.

"Kami tidak bisa menyalakan lampu pada malam hari. Kami tidak bisa bepergian dari satu tempat ke tempat lain saat siang hari," tutur Ata Ullah kepada Reuters dalam pernyataan yang belum pernah dipublikasi sebelumnya. Dia merujuk pada pembatasan yang diberlakukan untuk warga Rohingya di Rakhine.

"Pos pemeriksaan ada di mana-mana: setiap titik masuk dan setiap titik keluar. Tidak seperti itu seharusnya kehidupan manusia," imbuhnya.

(nvc/ita)

Comments

Popular posts from this blog

Pria yang Jatuh dari Lantai 5 Tunjungan Plaza 1 Diduga Bunuh Diri

detiknews - Surabaya - Seorang pria tewas setelah terjatuh dari lantai 5 Tunjungan Plaza (TP) 1 Surabaya. Pria yang identitasnya belum diketahui itu diduga bunuh diri. "Korban diduga bunuh diri," ujar Kapolsek Tegalsari Kompol David Triyo Prasojo kepada wartawan di lokasi, Kamis (19/10/2017). Bunuh diri menjadi dugaan karena tidak ada saksi mata yang mengetahui langsung pria tersebut meloncat dari lantai atas. Security TP, Budi Harianto, hanya mendengar suara benda jatuh yang ternyata adalah tubuh pria itu. Dari informasi yang dihimpun, indikasi bahwa kejadian tersebut merupakan bunuh diri adalah ditemukannya sepasang sandal di parkiran lantai 5 TP 1. Dari lokasi parkir itulah pria tersebut terjun bebas. Dan diduga sandal tersebut adalah sandal pria itu. Indikasi lainnya adalah telapak kaki pria itu berwarna putih saat ditemukan. Warna putih itu diduga adalah kapur atau cat kering. Diduga pria itu sempat memanjat tembok atau pagar di lantai atas TP 1 sebelum melakuk

Seorang Pria Jatuh dari Lantai 5 Tunjungan Plaza 1 Surabaya

detiknews - Surabaya - Seorang pria tewas setelah jatuh dari lantai 5 Tunjungan Plaza (TP) 1. Belum diketahui identitas pria tersebut. "Kami mendapat laporan peristiwa itu pukul 21.30 WIB," ujar Kapolsek Tegalsari Kompol David Triyo Prasojo kepada wartawan di lokasi, Kamis (19/10/2017). David mengatakan, pria tersebut terjun dari lokasi parkir yang ada di lantai 5 TP 1. Pria tersebut ditemukan dalam keadaan telentang oleh saksi yakni security TP, Budi Harianto. Budi juga yang pertama kali mendengar ada suara benda jatuh yang ternyata adalah pria itu. Tidak ada darah di tempat pria itu jatuh. Diduga pria tersebut jatuh dengan kaki terlebih dahulu menyentuh tanah. Indikasi itu terlihat dari tulang pinggul pria itu yang patah. Selain itu mata kaki kanan dan siku tangan kiri juga patah. "Kami tak menemukan identitas pada diri pria tersebut," tandas David. (iwd/bdh)

Pasangan Khofifah Diumumkan November Mendatang

detiknews - Surabaya - Calon pasangan bakal calon gubenur Jatim Khofifah Indar Parawansa akan diketahui pertengan Bulan November 2017. Sudah ada 8 nama yang salah satunya akan dipilih untuk mendampingi Khofifah. "Kita tidak boleh tergesa-gesa dan lambat. Kalau tergesa-gesa itu dari syaiton (setan) hasilnya. Tapi kalau lambat, juga tidak boleh.," jelas KH. Asep Syaifuddin Chalim kepada wartawan usai pertemuan kiai-kiai yang tergabung tim 17 di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Wonocolo, Surabaya, Kamis (19/10/2017) malam. Tim 17 malam yang diikuti KH. Sholahudin Wahid, KH. Asep Syaifuddin Chalim, KH. Hisyam Safaat, KH. Suyuti Toha, KH. Yusuf Nuris, KH. Afifudin Muhajir, KH. Mas Mansur, KH. Mutam Muchtar, KH. Yazid Karimullah, KH. Wahid Badrus, Choirul Anam, dan yang lainnya ini mengadakan pertemuan untuk menjaring 8 nama bakal calon Wakil Gubernur Jawa Timur untuk Khofifah. Kiai Asep merahasiakan nama delapan nama yang terdiri dari unsur birokrasi,