
KRI Dewa Ruci itu berlayar dari Komando Armada Timur (Koarmatim) Surabaya menuju Cirebon dengan misi melaksanakan Lattek Navigasi Astronomi bagi para taruna dan taruni.
Kapal legenda milik Indonesia itu memiliki tradisi yang sakral, yakni mandi khatuliswa. Sayangnya, seratus taruna dna taruni itu tak akan melakukan ritual yang sarat akan kebanggan bagi taruna atau anggota TNI AL itu. Karena, kunjungannya ke Pelabuhan Cirebon tak melintasi titik koordinat 0 drajat garis khatulistiwa.
Hal itu disampaikan Kabag Mesin KRI Dewa Ruci, Pelda Herus Suhendra saat ditemui Detikcom di Pelabuhan Cirebon, Jumat (25/8/2017). Dikatakan Heru, setiap taruna maupun anggota TNI AL diwajibkan untuk melaksanakan mandi khatulistiwa.
"Yang jelas ritual itu boleh dilakukan oleh taruna atau anggota saat kapal melintas di koordinat khatulistiwa. Kita ke sini tidak melintas titik koordinatnya, jadi tidak melaksanakan mandi khatulistiwa," ucapnya.
Dikatakan Heru, ritual mandi khatulistiwa itu sudah dilakukan oleh TNI AL sejak KRI Dewa Ruci ada di Indonesia pada tahun 1953. Mandi khatulistiwa hanya dilakukan satu kali. Heru mengatakan, setiap anggota yang melakoni ritual mandi khatulistiwa akan mendapatkan sertifikat resmi dari TNI AL.
"Ibaratnya itu, KRI Dewa Ruci itu induknya. Jadi, kalau kita sudah punya sertifikat itu sudah bisa dipercaya ke saat pindah ke kapal lain, termasuk kapal perang," ungkapnya.
Di tahun ini, sambungnya, KRI Dewa Ruci hanya satu kali melintasi titik koordinat nol derajat garis khatulistiwa pada Juli lalu. Ritual mandi khatulistiwa menjadi kebanggan tersendiri bagi para taruna dan anggota TNI AL, Heru juga mengaku pernah melakoni ritual tersebut pada tahun 1988.
"Siapapun yang belum pernah menjalani ritual itu ketika kapal melintas di titik koordinatnya, ya harus mandi. Sekali pun itu perwira mas," tegasnya. (avi/avi)
Comments
Post a Comment