
Data-data yang kritis tidak seharusnnya membuat kita berdiam diri atau frustrasi melihat masalah-masalah internal kita sendiri. Justru fakta kritis tersebut harus menjadikan kita bisa berupaya lebih keras untuk memajukan bangsa.
Seperti apa masa depan Indonesia? Jawabannya sudah banyak dibahas dari sisi ekonomi dimana Indonesia tidak lama lagi akan segera menjadi ekonomi besar dunia (large economy). Tapi, analisis terhadap masa depan Indonesia dari sisi sumberdaya manusia, pendidikan dan keilmuan masih belum banyak dibahas.
Gambar 1 di bawah ini adalah grafik yang dikeluarkan oleh OECD, yang menggambarkan sisi terang masa depan negara berkembang (the emerging market) dalam hal pendidikan dan sains sejalan dengan perkembangan ekonomi yang bertumbuh cepat sekarang ini. Bagaimana hubungan pertumbuhan ekonomi dan masa depan pendidikan dan sains Indonesia dan negara-negara emerging market lainnya? Pertanyaan dan kajian seperti ini relatif jarang atau setidaknya tidak seintensif kajian tentang masa depan dan perkiraan ukuran ekonomi negara-negara emerging market.
Coba kita urai secara bertahap. Sudah banyak yang memprediksikan bahwa sebagai negara emerging market Indonesia akan masuk ke jajaran 10 besar ekonomi dunia (sekarang 20 besar) pada 2030. Tidak lama lagi perkiraan pada satu atau dua dekade berikutnya Indonesia akan masuk ke dalam jajaran 5 besar ekonomi dunia.
Hal yang sama akan juga terjadi pada perkembangan pendidikan dan sains pada 2030 dan pada dekade-dekade berikutnya. Hal ini bisa kita lihat dari struktur dan perkembangan penduduknya dimana negara-negara emerging market adalah negara dengan pertumbuhan penduduk cepat dengan struktur kaum muda yang jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk muda di negara-negara maju.
Di negara-negara maju penduduknya sudah bertumbuh lambat dan bahkan negatif. Negara-negara maju di Eropa atau Jepang di Asia adalah negara tua (aging society) sehingga tidak memberikan kontribusi banyak terhadap ekonominya. Bahkan struktur penduduk seperti itu justru menjadi beban terhadap sistem ekonominya karena dana pensiun yang sangat besar. Ini akan merepotkan negara-negara tersebut menjaga perkembangan ekonomi selanjutnya.
Gambar 1. Ilmuwan (Scientists) Masa Depan Dunia (2030)Bagaimana masa depan penduduk muda, pendidikan dan sains di masa datang? Pada saat ini penduduk muda produktif usia 25-34 tahun di negara-negara OECD dan G-20 didominasi oleh Cina 17 persen, tapi pada 2030 penduduk muda ini akan menjadi 27 persen dari total dunia. Sebaliknya Amerika Serikat punya proporsi penduduk muda 14 persen pada saat ini, tapi akan menyusut menjadi hanya 8 persen. Hal yang sama terjadi pada Jepang dimana penduduk mudanya menyusut dari 6 persen menjadi hanya 3 persen. Begitu juga negara-negara maju lainnya Inggris, Perancis, Jerman, dan sebagainya.Bagaimana dengan masa depan penduduk muda produktif, masa depan pendidikan, dan masa depan sains di Indonesia? Jawabannya mengikuti pola perkembangan penduduk, yang di dalam ilmu ekonomi disebut bonus demografi untuk ekonomi. Hal yang sama perkembangan tersebut bisa disebut sebagai bonus demografi untuk pendidikan dan sains di Indonesia. Penduduk muda Indonesia pada saat ini hanya 4 persen dari penduduk muda dunia, tapi pada 2030 meningkat menjadi 5-6 persen, jauh lebih besar (200-500 persen lebih besar dari negara maju seperti Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, dll).
Jadi, sumber-sumber anak muda terdidik di masa depan berasal dari Cina (27 persen), India (23 persen), Amerika Serikat (8 persen), Indonesia (5 persen), Brazil (5 persen), Rusia (4 persen). Jadi Indonesia akan menjadi negara besar kelima dunia sebagai sumber orang muda terdidik. Tidak hanya dalam ekonomi, tapi Indonesia menjadi sumber scientist terbesar kelima di dunia.
Karena itu, tugas terbesar negara, pemerintah, dan presiden ke depan bukanlah ekonomi, paket-paket bulanan, pelabuhan, jalan tol, dan sebagainya, tapi tugas mencerdaskan bangsa --tugas yang diamanatkan oleh konstitusi dan pendiri bangsa. Khusus untuk penduduk muda 25-34 tahun dan di bawahnya harus ada kebijakan yang kuat untuk pendidikan dan kebijakan pengembangan sains. Ini adalah tugas besar pada momentum sejarah yang besar dan sangat menentukan.
Kita punya sekitar 4 ribu lembaga pendidikan tinggi, yang harus dibenahi kualitasnya. Tapi, di sana sini masih banyak pengelolaan pendidikan dan keilmuan yang amatiran. Tugas mendidik dan mengembangkan ilmu hanya dilihat sebaga kerja dan tugas rutin biasa. Padahal dari data-data di atas Indonesia mendapat momentum sejarah dan peluang yang sangat besar pada saat ini untuk memimpin dunia dalam bidang pendidikan dan ilmu karena sumber penduduk muda yang sangat besar.
Hanya cerdik pandai yang bisa melihat peluang dan momentum sejarah ini jauh-jauh hari. Tapi, tukang yang naif tidak akan pernah bisa melihatnya.
Didik J Rachbini pendidik dan ekonom
(mmu/mmu)
Comments
Post a Comment