
Tokoh warga Desa Karangrandu, Pecangaan, Kholif Mukafi, menuturkan perubahan warna air sungai sudah mulai terlihat satu tahun lalu. Namun, sudah satu minggu lebih kondisi kian parah. Padahal Sungai Pecangaan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat setempat sebagai air baku dan irigasi pertanian.
"Kondisi air sungai sangat memprihatinkan. Warnanya hitam, ada campuran minyak dan berbau," ujarnya kepada detikcom, Rabu (9/8/2017).
Ada beberapa desa yang terdampak. Desa Karangrandu, Rengging, Pecangaan Wetan, Pecangaan Kulon, Gerdu, Kaliombo dan area persawahan Kecamatan Kalinyamatan.
Perubahan warna air dan bau tak sedap diduga akibat pencemaran limbah pabrik di Desa Gemulung. Selama ini belum ada perhatian khusus dari pemerintah setempat.
"Dulu air sungai jernih sekali, tapi sekarang hitam. Sekarang bukan hanya sungai, bahkan sumur juga mulai tercemar limbah," ujar Fendi (28), warga Desa Karangrandu yang lain.
Pencemaraan di Sungai Pecangaan. (Foto: Wikha Setiawan/detikcom)Ratusan hektar lahan pertanian di sepanjang aliran Sungai Pecangan juga terancam tidak lagi produktif karena air irigasi tercemar limbah. Sedikitnya ada 320 hektare sawah produktif yang dapat memproduksi padi dengan kualitas cukup baik di musim panen. Kawasan itu memang masuk dalam lumbung padi di Jepara."Kami berharap ini segera diatasi Pemerintah setempat. Jangan sampai produksi padi di Jepara berkurang, dan petani kehilangan pekerjaannya. Harus segera ada solusi yang tepat," tandas Kholif Mukafi.
Terkait hal itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jepara berencana akan melakukan penelitian terkait penyebab perubahan warna air Sungai Pecangaan.
Kabid Penataan dan Penataan DLH Kabupaten Jepara, Aris Widjanarko, menuturkan bahwa perubahan warna air sungai belum dapat dipastikan penyebabnya adalah tercemar limbah pabrik garmen seperti yang diduga warfa. Sebab, pihaknya telah menerima hasil uji laboratorium buangan limbah pabrik garmen itu.
"Kami sudah menerima uji laboratorium dari pabrik garmen yang dimaksud, terkait air limbah mereka, yang dilakukan oleh laboratorium swasta. Hasilnya dibawah baku mutu, artinya masih bisa ditoleransi. Terkait warnanya kami lihat hasil uji lab untuk pabrik tersebut tidak begitu keruh, walaupun warna air tidak menjadi tolok ukur," ujarnya.
Dirinya juga menyebutkan, untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pabrik tersebut juga telah diperbaiki dan tak merembes lagi. Pihaknya bahkan mengatakan di sepanjang jalur sungai juga terdapat industri rumahan seperti tahu dan tempe.
"Selain itu juga banyak warga yang masih membuang sampah ke sungai. Jadi belum dapat dikeahui apa penyebab menghitamnya sungai di sekitar Desa Karangrandu tersebut," pungkas dia. (mbr/mbr)
Comments
Post a Comment